Bulusan berasal dari bahasa jawa "Bulus" yang dalam Bahasa Indonesia disebut kura - kura. Bulus itu semacam kura - kura namun berbeda.
Tradisi Bulusan itu sendiri dilaksanakan di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Tepatnya disebelah barat Raudhatul Atfal (R.A) Hidayatut Tholibin Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Konon katanya, tradisi itu menceritakan tentang sekelompok orang yang di sabda oleh seorang wali. Wali itu adalah Sunan Muria ( Raden Umar Said ). Pada saat itu, Sunan Muria beserta rombongan muridnya sedang melintasi daerah
Sumber. Tiba - tiba beliau mendengar suara "Krubyak .. krubyuk.." disawah. Ketika itu, Sunan Muria mengira hal itu adalah suara "bulus" karena bagaimana mungkin seorang manusia malam - malam masih berada di sawah.
Seketika itu, sekelompok orang yang terdiri sekitar 4 orang ( Semua Perangkat - perangkat Desa ) berubah menjadi Bulus. Mereka meminta agar
dirinya diubah menjadi manusia lagi. Namun ternyata Sunan Muria tidak dapat mengembalikan ke wujud semula karena semua itu adalah takdir Allah. Kemudian Sunan Muria meminta murid - muridnya agar memberitahu seluruh warga Desa Sumber bahwa warga mereka ada yang menjadi Bulus.
Singkat cerita, Sunan Muria memerintahkan agar para warga Dukuh Sumber setiap tujuh hari
setelah hari raya Idul Fitri untuk mendatangi "bulus - bulus" tersebut kemudian memberikan sebagian rizki kepada mereka seperti kupat, dan lepet.
Tradisi ini dilestarikan oleh warga, khususnya warga Dukuh Sumber. Upacara tradisi Bulusan itu diawali dengan arak- arakan makanan yang dimulai dari sawah yang dinamakan mojo bulus, yaitu sawah dimana dahulu awal mula sekelompok orang yang disabda oleh Sunan Muria dan berakhir di sungai tempat Bulus itu hidup. Tradisi itu juga dimeriahkan dengan
penampilan wayang kulit 24 jam non stop dan menurut pendapat warga sekitar, jika tidak melaksanakan tradisi - tradisi tersebut maka para warga akan mendapatkan kesialan. Sampai sekarang, Bulus yang masih hidup dan ada di sana hanya tinggal seekor. Sampai sekarang tradisi itu tetap dilestarikan oleh masyarakat Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Dibawah ini hal - hal mengenai tradisi bulusan yang sudah saya kumpulkan :
![]() |
Sumber : www.picasaweb.com |
![]() |
sumber : picasaweb.com |




0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !