TRADISI REBO WEKASAN di Desa
Jepang
Kirab berlangsung sejauh 2 kilometer dari lapangan Kecamatan Mejobo dan berakhir di Masjid Al Makmur atau biasa disebut Masjid Wali. Kirab itu mengusung aneka potensi Desa Jepang, terutama hasil pertanian dan kerajinan bambu atau anyaman.
Kirab itu juga merupakan pelestarian tradisi syiar Islam yang dilakukan seorang ulama bernama Ndoro Ali pada 1925. Dalam syiarnya, Ndoro Ali membagi-bagikan air salamun yang bersumber dari sumur kuno Masjid Al Makmur.
Konon pada zaman dahulu kala, sumur itu muncul setelah Sunan Kudus menancapkan tongkat di sekitar masjid itu. Hal ini terjadi bersamaan ketika Aryo Penangsang membangun Masjid Al Makmur.
"Disebut air salamun karena air itu diyakini bertuah dan menjadi sarana menangkal bala atau ancaman marabahaya. Salamun berasal dari kata 'salam' yang berarti 'selamat'," jelas Kepala Seksi Promosi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah.
Selain melestarikan tradisi, menurut Mutrikah, kirab itu menjadi sarana mempromosikan potensi desa. Desa Jepang terkenal dengan kerajinan anyaman yang berasal dari bambu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !